WASHINGTON [siagasatu.co.id] – Pemerintah Kyiv menuduh pasukan Rusia menembaki koridor kemanusiaan yang telah dijanjikan Moskow untuk dibuka agar penduduk dapat melarikan diri dari pelabuhan Mariupol yang terkepung, Selasa (8/3/2022).
Korban tewas warga sipil dalam konflik ini terus meningkat. Perang di hari ke-13, jumlah pengungsi yang melarikan diri dari Ukraina ke negara-negara tetangga melonjak melewati angka 2 juta orang.
Di Mariupol, ratusan ribu orang telah berlindung di bawah pemboman tanpa air atau listrik selama lebih dari seminggu.
Banyak yang mencoba pergi pada hari Selasa (8/3/2022) di sepanjang koridor yang aman tetapi Ukraina mengatakan mereka tetap dalam ancaman tembakan Rusia.
“Gencatan senjata dilanggar! Pasukan Rusia sekarang menembaki koridor kemanusiaan dari Zaporizhzhia ke Mariupol,” tulis juru bicara kementerian luar negeri Ukraina Oleg Nikolenko.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan seorang anak meninggal karena dehidrasi di Mariupol karena aliran air terputus.
Rusia membuka koridor terpisah yang memungkinkan penduduk keluar dari kota timur Sumy pada hari Selasa (8/3/2022), evakuasi yang dilakukan ini adalah yang pertama berhasil dengan rute aman.
Bus meninggalkan Sumy menuju Poltava lebih jauh ke barat, hanya beberapa jam setelah serangan udara Rusia menghantam daerah pemukiman dan menewaskan 21 orang.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan 723 orang telah dievakuasi melalui koridor Sumy-Poltava, termasuk 576 warga negara India, dalam konvoi pertama.
Penduduk juga meninggalkan kota Irpin, pinggiran Kyiv garis depan.
Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan telah memverifikasi 1.335 korban sipil di Ukraina, termasuk 474 tewas dan 861 terluka, sejak invasi dimulai pada 24 Februari.
“Namun jumlah sebenarnya kemungkinan akan lebih tinggi,” katanya.
Ada dugaan ratusan korban sipil berjatuhan di Volnovakha, Mariupol dan daerah perkotaan lainnya akibat pemboman dan penembakan di daerah pemukiman.
Moskow membantah menargetkan warga sipil. Rusia menyebut tindakannya sebagai “operasi khusus” untuk melucuti senjata Ukraina dan menggulingkan para pemimpin yang disebut neo-Nazi.
Ukraina dan sekutu Baratnya menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk menyerang negara berpenduduk 44 juta orang itu.
Sanksi Barat yang dijatuhkan atas invasi telah memutuskan Rusia dari perdagangan internasional dan pasar keuangan.
Rusia adalah pengekspor minyak dan gas alam terbesar di dunia, dan sampai saat ini ekspor energinya telah dibebaskan dari sanksi internasional.
“Kami melarang semua impor energi minyak dan gas Rusia,” kata Biden.
“Itu berarti minyak Rusia tidak akan lagi dapat diterima di pelabuhan AS dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya ke mesin perang Putin.”
Amerika Serikat bukan pembeli utama minyak Rusia, tetapi Biden telah bekerja sama dengan sekutu di Eropa, yang jauh lebih bergantung pada minyak Rusia, untuk mengisolasi ekonomi Rusia dan Putin.®
Editor : Suryadi
Sumber : reuters