Limbah Pendidikan
Mencermati fenomena bangsa yang sedang dilanda krisis dan mulai menghirup udara demokrasi, maka reformasi di bidang pendidikan harus melibatkan semua komponen pendukungnya baik siswa, orangtua siswa, guru, kepala sekolah, maupun manajemen pengelolanya, dan utamanya pemerintah atau pemimpin yang mengambil kebijakan.
Pemimpin yang tamak biasanya berasumsi dirinya terpilih karena suara yang mengidolakannya, tetapi pemimpin yang bijak tak akan lalai dan sadar bahwa suara Tuhan telah mengantarkan amanah untuknya agar mendakwakan seputar akhlakulkarimah dalam rangka membangun peradaban bangsa yang anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.
Seharusnya demikianlah tanggungjawab besar pemimipin yang diemban dan dijunjung tinggi, kendati semua memerlukan sikap tegas dan kerja keras yang superioritas.
Generasi tua, dalam hal ini semua pihak, harus bisa berperan penting menjadi panutan bagi generasi muda. Terlebih lagi anak pada usia dini, sangat memerlukan figur yang bisa diteladani.
Tidak dapat dipungkiri kalau figur tersebut mempengaruhi pembentukan mental siswa yang sedang mencari jati diri. Saya menguatkan bahwa hal yang berhubungan dengan sikap hanya akan berhasil jika dikembangkan dan diwujudkan dalam kebiasaan perilaku keseharian yang disertai teladan orang yang lebih senior. Misalnya, orang tua melarang anak menonton sinetron orang dewasa, tetapi mereka sendiri tidak pernah beranjak dari depan televisi.
Oleh sebab itu siswa, guru, sekolah, birokrat, orang tua, seluruh lapisan masyarakat harus bahu membahu bekerja keras untuk meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan, sehingga menghasilkan SDM yang berpengetahuan, terampil, sehat jasmani dan rohani, kreatif, inovatif, dan berbudi pekerti. Untuk itu lembaga pendidikan menempati posisi strategis, sebab baik buruknya bangsa ini tercermin dari hasil pendidikan sebelumnya.
Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki.
Dalam rangka mewujudkan semua itu, sudah saatnyalah kita menjadi sebuah tonggak bagi bangkitnya bangsa Indonesia dari keterpurukan serta lepasnya Indonesia dari penjajahan moral.
Sudah saatnya Indonesia mengejar kemerdekaan moral. Sudah saatnya Indonesia memburu kesejahteraan sejati bagi seluruh rakyat Indonesia.
Idealnya sebuah kesejahteraan adalah perubahan yang membawa bangsa kita ke arah yang lebih cerah. Dan untuk menuju ke arah itu diperlukan pribadi yang memiliki integritas serta memiliki keberanian moral untuk memperbaiki dan mengembangkan keadaan ke tingkat hidup yang lebih berkeadaban.
Jika ingin membangun atau mengembalikan kejayaan bangsanya, lebih dulu harus mengembangkan perilaku etis dan membangun moralitas bangsanya.
Pembangunan moral harus dititikberatkan pada siswa sebagai generasi penerus yang berperan sebagai kekuatan moral dan kekuatan politik. Mari dongkrak generasi muda bangsa menjadi generasi yang anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.®