Menu

Mode Gelap

Daerah · 4 Jul 2022 15:07 WITA

Yang Bilang Tidak Ada Lalat dan Bau, Diundang Warga Makan Gratis di Sekitar Kandang Ayam


 Andrianus Rudolf  alias Jator (berkaos abu-abu) dan Sukardi (memakai jaket dan topi), Ketua RT 57 Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Tarakan Barat. //Foto: Harianto Rivai - siagasatu.co.id Perbesar

Andrianus Rudolf alias Jator (berkaos abu-abu) dan Sukardi (memakai jaket dan topi), Ketua RT 57 Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Tarakan Barat. //Foto: Harianto Rivai - siagasatu.co.id

TARAKAN [siagasatu.co.id] – Diberitakan sebelumnya di siagasatu.co.id edisi 28 Juni 2022 lalu berjudul “Peternak Ayam di Karang Anyar Bantah Tebar Lalat dan Bau”. Salahsatu kutipan kalimat langsung dari pihak pengelola ternak ayam broiler di RT 57 Karang Anyar, Tarakan Barat “Itu sudah sempat terhandle, tapi baru tahun ini ada komplain masyarakat. Saya rasa bukan komplain masyarakat sih, sejak ada bangunan satu rumah di belakang kandang kami merasa terintimidasi. Karena bergeraknya sudah seperti provokator,” Sabtu (25/6/2022).

Merasa dituding sebagai biang keresahan warga dan provokator, Andrianus Rudolf akrab disapa warga ‘Jator’ (Jawa-Toraja) ini kembali angkat bicara.

Diceritakan Jator, bahwa permasalahan kandang ayam ini, sudah sekitar empat atau lima tahun lalu sudah dilaporkan ke kelurahan, dan itu pun Dia tidak datang, tapi Dia hanya mendengar dan melihat, bahkan ada diarsipkan Ketua RT, disertakan bukti-bukti foto, tandatangan dan bukti lainnya.

“Jujur Saya tinggal di sini memang baru jalan dua tahun, tapi pemagaran yang sudah Saya lakukan ini sudah sekitar enam tahunan. Dulu ada Saya buat pondok di sini, kolam ikan, dan gazebo yang sudah lima – enam tahun Saya bangun. Jadi kalau Saya dikatakan baru bikin rumah di sini itu tidak benar. Kalau Saya dianggapnya memprovokasi warga itu keliru besar. Ngapain Saya ngurusi warga lainnya, Saya murni ngurusi diri Saya sendiri aja, karena terlepas warga sekitar juga merasa terganggu, Saya juga merasakan gangguan yang sama,” terang Jator saat dikonfirmasi di kediamannya yang letaknya persis di belakang dan bahkan bersebelahan pagar dengan kandang ayam, Minggu malam (3/7/2022).

Menurutnya, mungkin dirinya dianggap provokator itu lantaran tidak seperti warga lainnya, karena kebetulan hanya Dia yang paling nampak dan getol meributkan masalah ini. “Bagaimana tidak, karena terus terang Saya ini ‘kan keluarga besar, banyak teman yang sering bertamu yang bahkan hampir tiap hari tamu bergantian datang ke rumah Saya. Kalau mereka tiba-tiba datang, bagaimana coba kalau yang dihidangkan campur lalat. Buka minuman, lalat masuk. Bahkan tidak jarang tamu itu tidak mau makan apa yang dihidangkan,” keluhnya.

Apalagi kalau usai hujan, lalu kembali terang, kata Jator, luar biasa banyaknya lalat. Dia sudah banyak kirim dokumentasi foto dan videonya, karena benar-benar merasa sangat terganggu. “Jadi salah besar alias fitnah tuduhan yang ditujukan kepada Saya sebagai provokator, dan nyatanya tidak ada Saya mempengaruhi warga, di samping itu faktanya masalah ini sudah berperkara pada sekitar empat – lima tahun yang lalu. Sudah pertemuan empat kali di kelurahan, sudah dilaporkan, sudah disurvey, dan instrumen penindakan lainnya, di mana Saya tidak terlibat saat itu, karena kebetulan Saya di luar kota setiap diperkarakan, jadi darimana dasarnya menuding Saya provokator,” ujarnya dengan nada tanya.

Dikatakan Jator, jika dirinya dituding menyumbang buka jalan untuk kepentingan orang banyak dengan karena kebetulan Dia punya alat berat, dengan mengait-ngaitkan dalam rangka salah satu upaya untuk menarik simpati ketua RT dan warga, itu tidak ada hubungannya dan keliru besar“Masalah jalan ini ‘kan sudah disetujui oleh kelurahan dan kecamatan, bahkan Saya pernah menjumpai Pak Lurah itu sendiri ikut ke lapangan bekerja bakti, maka muncullah inisiatif Saya, karena menurut saya dengan melihat kondisi lapangan, jalan yang dikerjakan saat itu tidak mungkin terbuka dengan estimasi pengerjaan selama satu bulan. Di samping itu kebetulan saat itu mau peresmian rumah Saya, mau naik rumah, jadi mau buat acara syukuran, dan Saya juga kasihan sama warga, daripada mutar jauh-jauh, maka lahirlah inisiatif Saya sendiri,” bebernya.

Bukan karena desakan, lanjut Jator, bukan untuk cari muka, bukan juga pencitraan, tapi karena kebetulan tanahnya ada di belakang, dan sekalian bantu warga jugalah, toh tidak ada salahnya kalau berbuat baik.

“Saya panggil Pak RT, menyampaikan niat Saya untuk membantu membukakan jalan menggunakan alat berat Saya, itu mau Saya sponsori tunggal, tanpa mengharap bantuan warga. Tapi Pak RT tetap juga ikut nyumbang uang solar dan timbunan sejumlah 1.500.000 rupiah,” imbuhnya.

Yang dipanggil saat itu hanya teman-teman gerejanya, termasuk pendeta. Jalan itu diresmikan walikota dan potong tumpeng.

Sementara itu, dikesempatan yang sama, Sukardi, Ketua RT 57 Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat yang dituding memiliki hubungan keluarga dengan peternak sapi yang juga menimbulkan bau dan mengundang lalat tapi yang dipersoalkan hanya kandang ayam, sementara kandang sapi di depan mata kok tidak pernah diusik oleh warga.

“Saya jadi RT baru dua tahun ini. Sebelumnya Saya selaku bendahara RT 57 sewaktu wilayah ini masih gabung satu RT, dan sekarang terpecah menjadi dua. Saat wilayah ini belum pecah RT, pernah terjadi mediasi pertama di kelurahan, Saya ikut menghadiri. Kalau Saya dituduh berkeluarga dengan pemilik sapi dimaksud maka Saya pertegas itu tidak benar. Saya tidak punya keluarga yang pelihara sapi di sini. Itu mengada-ngada ya, yang justru akan menambah masalah baru. Saya jujur tidak terima dengan tuduhan itu. Saya bertindak murni karena kapasitas Saya selaku Ketua RT yang menindaklanjuti aspirasi warga saya,” terang Sukardi.

Diakui Sukardi, sebenarnya laporan ini sudah cukup lama, hanya saja dirinya kurang getol karena posisinya saat itu belum sebagai Ketua RT. Laporan yang sudah cukup lama sampai sekarang ini hanya soal kandang ayam itu, sementara tidak pernah ada laporan soal sapi.

“Jika ada yang bilang tidak ada lalat dan bau di sini, Kami undang makan gratis di sekitar kandang ayam di saat ayam memasuki usia 25 hingga 40 hari,” sergahnya.

Sukardi juga tidak sepakat dan tidak suka jika Jator dituduh sebagai provokator, karena sebelum Jator jadi warganya, laporan ini sudah ada, sudah cukup lama, dan sudah beberapakali mediasi, namun belum ada tindakan yang lebih serius menangani keluhan warga hingga sekarang.

“Kenapa warga tidak mempersoalkan sapi? Saya di kampung juga pengalaman pelihara sapi. Sapi ditaruh di rumah pun tidak ada lalat dan tidak ada bau, karena sapi ini ‘kan makannya rumput dan tumbuhan sejenisnya, dan kotoran sapi itu panas sehingga lalat tidak mau mendekat. Berbeda dengan ayam, jangankan kotorannya, makanannya saja dikerumuni lalat, apalagi kotorannya,” pungkasnya.® (Harianto Rivai)

Artikel ini telah dibaca 230 kali

badge-check

Administrator

Baca Lainnya

Bupati Tutup Sekaligus Bagi Hadiah Pemenang Lomba Perahu Dayung Tradisional

18 September 2024 - 15:39 WITA

Lomba Perahu Dayung Tradisional

Bupati Launching Proyek Perubahan “Tepat Pelanduk” Disdukcapil Malinau

18 September 2024 - 15:30 WITA

Bupati Launching Proyek Perubahan Tepat Pelanduk Disdukcapil Malinau

Sosialisasi B2SA, Edukasi Gizi Turunkan Stunting

18 September 2024 - 15:23 WITA

Sosialisasi B2SA, Edukasi Gizi Turunkan Stunting

Bupati Buka Bimtek Pembuatan Manik Dari Bahan Kaca

18 September 2024 - 15:16 WITA

Bupati Buka Bimtek Pembuatan Manik Dari Bahan Kaca

Gubernur Kaltara Resmi Tutup Turnamen Futsal Antar Pelajar Nunukan

18 September 2024 - 15:09 WITA

Gubernur Kaltara Resmi Tutup Turnamen Futsal Antar Pelajar Nunukan

Permudah Bantuan, Gubernur Dorong Forum RT Sebatik

18 September 2024 - 15:04 WITA

Permudah Bantuan, Gubernur Dorong Forum RT Sebatik
Trending di Advertorial