Menu

Mode Gelap

Daerah · 28 Jun 2022 08:55 WITA

Peternak Ayam di Karang Anyar Bantah Tebar Lalat dan Bau


 Dari kiri : Eldy Efendi (pemilik kandang ayam), Sudirman Jaya (pengelola kandang ayam), Herman (pengawas lapangan dan penanggungjawab kandang ayam), Zulkifli (penghuni/penyewa bangsalan di lokasi kandang ayam) dan Ida (penghuni/penyewa bangsalan di lokasi kandang ayam) saat wawancara di lokasi kandang ayam. Foto: siagasatu.co.id-riv Perbesar

Dari kiri : Eldy Efendi (pemilik kandang ayam), Sudirman Jaya (pengelola kandang ayam), Herman (pengawas lapangan dan penanggungjawab kandang ayam), Zulkifli (penghuni/penyewa bangsalan di lokasi kandang ayam) dan Ida (penghuni/penyewa bangsalan di lokasi kandang ayam) saat wawancara di lokasi kandang ayam. Foto: siagasatu.co.id-riv

TARAKAN [siagasatu.co.id] – Keberadaan kandang ayam broiler di bilangan RT 45, RT 57 dan RT 64 Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat menuai protes warga sekitar. Pasalnya, usaha ternak ayam pedaging tersebut dianggap sebagai sumber tebaran lalat dan aroma tak sedap merasuk ke rumah-rumah warga. Menurut warga, persoalan ini sudah empat kali dilakukan mediasi oleh para pihak berkompeten namun hasilnya zonk.

Dikonfirmasi hal ini, Eldy Efendi bantah semua tudingan warga yang dialamatkan ke usaha peternakan ayam broiler miliknya yang dikelola sejak tahun 2015 lalu. Alasannya, dari awal Ia bangun kandang, pihaknya sudah antisipasi gangguan lalat dan pencemaran udaranya. “Itu sudah sempat terhandle, tapi baru tahun ini ada komplain masyarakat. Saya rasa bukan komplain masyarakat sih, sejak ada bangunan satu rumah di belakang kandang kami merasa terintimidasi. Karena bergeraknya sudah seperti provokator,” sergahnya saat diwawancara siagasatu.co.id di lokasi kandang ayam, Sabtu (25/6/2022).

Dikatakan Eldy, sempat juga diadakan pertemuan dihadiri lurah dan ada kesepakatan bahwa yang penting bikin pagar tinggi di sekeliling lokasi kandang untuk pembatas lalat, sanitasi kandang dan penyemprotan lalat secara rutin agar lalat tidak menyebar ke mana-mana. Semua sudah Ia lakukan.

“Terus terang saja, kandang kami lebih duluan daripada rumah Pak Jator yang di belakang itu. Permintaan beliau itu kemarin bukan untuk membersihkan lalat atau menghilangkan bau tapi maunya beliau kandangnya disuruh tutup. Aduh, kok sepihak betul gitu? Masa tidak ada solusi, kami ini ‘kan cuma cari makan. Apalagi pekerja kami ini perantau semua. Kandang ayam di sini sudah hampir tujuh tahun,” tandasnya.

Salahsatu bangunan kandang ayam. Foto : dok siagasatu.co.id

Di sisi lain, pekerja yang sejak 2015 mengais rejeki untuk keluarganya. Jika mendadak tutup, perlu dipertimbangkan nasib mereka. Belum lagi biaya membangun kandang yang tidak sedikit nilainya.

“Bangunannya biaya besar juga, ‘kan tidak mungkin ditutup serta merta. Seperti Anda tiba-tiba hari ini makan besok jangan makan dulu. Bagaimana rasanya ya ‘kan?” imbuhnya.

Saat ditanya soal izin operasional, Eldy mengaku telah mengantongi izin
SPPL (Surat Pernyataan Pengendalian Lingkungan) dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tarakan.

Di tempat yang sama, Sudirman Jaya, selaku pengelola menuturkan bahwa
baru sekarang aja ada ribut-ribut soal kandang ayam sedangkan ini sudah beroperasi sejak tahun 2015 sampai sekarang

Suasana kandang ayam saat tidak produksi. Foto : siagasatu.co.id-riv

“Saya berharap kalau bisa jangan ditutup dulu. Berilah waktu dua hingga tiga tahun lagi. Kasihan juga, pekerja yang kita pakai ini ‘kan perantau juga. Sebetulnya niat untuk pindah dari lokasi ini atas desakan masyarakat. Tapi kenapa cuma kandang ayam yang diributkan sementara kandang sapi yang ada di depan mata yang juga mendatangkan lalat dan bau tidak dipersoalkan? Apakah karena mereka itu keluarganya Pak RT? Jangankan ada kandang di sini, tidak ada kandang pun selalu ada lalat,” tukasnya.

Sudirman menganalogikan rumah bangsalan 40 pintu yang berada di dalam pagar kandang ayam yang Ia kelola. Setiap pintu ada penghuninya dan bayar sewa Rp700.000 – Rp1.200.000 perbulan. “Andai mereka resah atau merasa terganggu dengan lalat dan bau, disuruh tinggal gratis pun tidak mungkin mereka mau bertahan bertahun-tahun tinggal di sini, apalagi bayar sewa,” kilahnya.

Sementara itu, Herman, pengawas lapangan dan penanggungjawab kandang yang bekerja sejak berdirinya kandang ayam ini tahun 2015 menuturkan, setiap habis panen dipastikan dilakukan pembersihan kandang dan semua kotoran ayam dikeruk lalu dijual ke petani digunakan sebagai pupuk.

Sanitasi kandang ayam. Foto: dok siagasatu.co.id

“Kehadiran lalat itu banyak faktor, di luar juga ada ternak sapi yang mendatangkan lalat dan bau tapi yang disorot cuma kandang ayam? Kemarin ‘kan kita sudah ketemu sama Ketua RT terdekat, RT 57 sebelum ada mediasi. Katanya akan ada penertiban peternakan lalu Dia sarankan Saya kalau misalnya ada penertiban dari Dinas DLH atau dari kelurahan maupun kecamatan kalau bisa semua jangan cuma kandang ayam tapi sapi di luar juga harus ditertibkan walaupun mereka keluarga Saya.
Kenapa fakta di lapangan itu beda,” imbuhnya.

Menurut Herman, saat mediasi yang dihadiri pihak berkompeten di lokasi kandang, warga meminta kandang dipagar tinggi dan sanitasi. “Kami lakukan penyemprotan lalat sehari itu dua bahkan sampai tiga kali. Apalagi kalau musin hujan begini kita sampai tiga kali penyemprotan. Belum lagi kita tabur di atas kandang meski beresiko besar bagi ayam karena itu racun. Bisa meracuni ayam, tapi ya sudahlah daripada kita bermasalah dengan warga lebih baik kita yang korbanlah,” bebernya.

Seorang ibu rumahtangga bernama Ida yang sudah hampir tujuh tahun menyewa di lingkungan kandang ayam ini menceritakan apa yang Dia rasakan selama tinggal di rumah bangsalan milik perusahaan ternak ayam ini.
“Alhamdulillah, aman aja. Bagus aja tidak merasa terganggu dengan adanya kandang ayam juga tidak pernah terganggu dengan bau dan lalat. Kalau masalah baunya tidak sih, kalau masalah lalat biasa sering ‘kan kalau lalat itu memang wajar aja ada tapi tidak terlalu juga,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Zulkifli, salahsatu diantara 40 penyewa rumah bangsalan di dalam lokasi ternak ayam selama tiga tahun. “Biasa aja, aman aja, tidak pernah diganggu oleh lalat dan bau. Kalau masalah bau nggak tapi kalau masalah lalat ‘kan biasa biar di mana-mana ‘kan ada lalat juga. Apalagi penyakit anak-anak akibat lalat dan bau, Alhamdulillah tidak, ada anak kecil Saya umur satu tahun, Alhamdulillah sehat aja, ya kalau dibilang sakit ya ada tapi bukan karena lalat,” katanya.® (Harianto Rivai)

Artikel ini telah dibaca 298 kali

badge-check

Administrator

Baca Lainnya

Selaraskan Pembangunan Kaltara, Gubernur Zainal Siap Jalankan Program Presiden Prabowo

12 February 2025 - 12:05 WITA

Selaraskan Pembangunan Kaltara, Gubernur Zainal Siap Jalankan Program Presiden Prabowo

Percepat Swasembada, Brigade Pangan Digelar di Nunukan

12 February 2025 - 11:59 WITA

Percepat Swasembada, Brigade Pangan Digelar di Nunukan

Panen Padi Bersama, Momentum Menjaga Ketahanan Pangan Dan Inflasi Daerah

11 February 2025 - 15:10 WITA

Momentum Menjaga Ketahanan Pangan Dan Inflasi Daerah

Perayaan Natal Oikumene, Gubernur Zainal Simbol Kerukunan dan Persaudaraan di Kaltara

11 February 2025 - 15:05 WITA

Gubernur Zainal Simbol Kerukunan dan Persaudaraan di Kaltara

Rapat Paripurna DPRD, Pengumuman Hasil Penetapan Paslon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih

11 February 2025 - 08:07 WITA

Rapat Paripurna DPRD, Pengumuman Hasil Penetapan Paslon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih

Pj Wali Kota Kunjungi Bayi Kembar Siam di RSUD Dr. Soetomo, Pastikan Perawatan Optimal

11 February 2025 - 07:39 WITA

Pj Wali Kota Kunjungi Bayi Kembar Siam di RSUD
Trending di Advertorial