JAKARTA [siagasatu.co.id] – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto melaporkan hasil rapat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Hasil rapat itu, pemerintah akan meningkatkan produksi jagung nasional di daerah yang baru.
Airlangga menyebutkan daerah yang dimintakan baru itu mulai dari Papua, Papua Barat, NTT Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara.
Selain perluasan lahan pertanian, produksi bibit juga akan ditingkatkan.
“Dengan total luas lahan 141.000 hektare dan 86.000 merupakan lahan baru,” ucapnya dalam konferensi pers virtual di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (1/8/2022).
Rencananya digunakan bibit jagung hasil rekayasa genetik yang bisa meningkatkan produksi. Istilah benih jagung tersebut yakni dengan Genetically Modified Organism (GMO) atau Produk Rekayasa Genetik (PRG).
“Ataupun hibrida di mana segi hibrida, pemerintah sudah mendorong bibit unggul hibrida jagung yang bisa memproduksi antara 10,6 sampai 13,7 juta ton per hektare,” lanjutnya.
Berkaitan dengan regulasi terhadap penggunaan benih jagung dari GMO akan ditetapkan oleh Menteri Pertanian. Dengan GMO itu ada sejumlah bibit unggul yang akan digunakan untuk meningkatkan produksi jagung mulai dari varietas pertiwi 3, F1, PC, NK perkasa, singa, bima, dahsyat, dan varietas P36.
Airlangga meyakini, pasokan jagung nasional Indonesia bisa mencapai 27 juta ton. Sementara saat ini kebutuhan hanya 14 juta ton dan cadangan 3 juta ton. Kemudian, untuk kebutuhan industri mulai dari pati jagung hingga snack, pemanis masih impor.
“Namun arahan Bapak Presiden agar mengurangi agar spesifikasi bisa ditingkatkan maka tentu perlu didorong penambahan jumlah dryer dan silo karena kita ketahui bahwa jumlah produksi jagung lahan jagung dan feedmill tidak berada dalam provinsi yang sama,” lanjutnya.
Pemerintah berharap, peningkatan produksi jagung ini bisa meningkatkan kebutuhan dalam negeri dan juga harapannya bisa melakukan ekspor. Sebab, ada kesempatan karena sejumlah negara disebut akan membatasi ekspor jagung mereka seperti China dan India.
“Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengekstensifikasi sehingga rata-rata yang sekarang per hektarnya adalah 5 ton itu bisa ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 13 ton per hektare,” tutupnya.®