TARAKAN [siagasatu.co.id] — Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Geram (Gerakan April Melawan) melakukan orasi di depan gedung DPRD Tarakan.
Mereka menyuarakan beberapa hal. Salah satunya terkait fasilitas umum, yaitu jalan berlubang dan penerangan jalan umum (PJU) yang sebagian besar mati.
Kondisi ini sangat membahayakan pengendara, termasuk PJU yang tidak menyala di malam hari membuat kawasan tersebut rawan tindak kriminal.
Berbeda dengan aksi-aksi unjuk rasa selama ini, massa memilih melakukan orasi sambil bakar ban di badan Jalan Jenderal Sudirman, sehingga kawasan lalu lintas di depan gedung DPRD sedikit terganggu.
Koordinator Lapangan Aliansi Geram, Iqbal Fauka mengatakan, bahwa aksi demo ini mengangkat isu nasional, yaitu pengesahan Undang- Undang Cipta Kerja, yang menurutnya lebih mementingkan investor daripada kaum buruh, sehingga menuntut untuk dicabut.
Selain itu, meminta janji DPRD terkait dengan Perda inisiatif yang belum terlaksana sampai saat ini.
“Terkait sosial dan anak, itu jadi atensi kami untuk dibuat perda inisiatif. Karena, kita sadari bahwa per hari ini, terjadi fenomena dimana banyak anak-anak di bawah umur yang menjadi pegadang kaki lima. Ini tentu perlu adanya perda untuk menekan adanya masalah sosial ini,” terangnya, Rabu (5/4/2023).
Tuntutan yang ketiga, kata Iqbal, adalah fasilitas jalan di Tarakan yang masih ada yang berlubang dan rusak, sehingga mengakibatkan adanya korban.
Selain itu, PJU juga banyak yang tidak menyala, sehingga membuat kawasan tersebut rawan terjadi aksi kriminalitas pada malam hari.
Tuntutan selanjutnya terkait pengembalian pengelolaan zona laut dan pulau-pulau kecil di wilayah pesisir, dikembalikan ke pemerintah daerah karena saat ini menjadi kewenangan pemerintah pusat.
Berdasarkan aspirasi yang diserap oleh Aliansi Geram, bahwa masyarakat pesisir kurang mendapatkan support terkait pengadaan alat tangkap.
Meskipun sempat menggelar orasi dan ditemui oleh Wakil Ketua dan anggota DPRD, namun massa merasa tidak puas. Mereka mengharapkan 30 anggota dewan hadir dan turun ke jalan untuk menyerap aspirasi yang dilakukan.
“Oleh karena itu, kami melakukan mosi tidak percaya. Padahal kami sudah surati juga tetapi yang handir hanya dua orang,” ucapnya.
Menyikapi hal ini, Wakil Ketua DPRD Tarakan, Julius Dinandus mengatakan, bahwa pihaknya belum tahu apa aspirasi yang akan disampaikan oleh massa, meskipun sehari sebelumnya sudah ada surat yang masuk ke Sekretariat DPRD tetapi tidak menjelaskan secara rinci.
“Baru pertama kali saya melihat aksi tidak jelas apa tujuan demonya, tetapi dalam hal ini kita memakluminya karena aksi demo ini barusan saya dengar dari Geram, Gerakan April Melawan ini siapa yang akan dilawan. Kita bingung, tetapi karena. mereka masyarakat Tarakan dari kalangan mahasiswa, kami menerimanya,” terangnya.
Disinggung mengenai keberadaan Ketua DPRD, Julius mengataka, ketua sedang ada dinas luar dan undangan itu sudah sejak Minggu 2 April lalu.
Sehingga, anggota dewan yang ada berbagi tugas termasuk menerima demo dari mahasiswa ini.
“Di DPRD sini tidak pernah kekosongan pimpinan, kami 3 unsur pimpinan selalu bagi tugas. Siapa yang keluar dan siapa yang berada di kantor, kebetulan setiap ada demo saya yang piket. Jadi kami tidak pernah tidak hadir kalau ada aksi unjuk rasa,” ujarnya.®