“Jadi harapan kami dari pemerintah, agar masyarakat membeli sesuai dengan kebutuhan dan tidak usah risau terhadap ketersediaan stok minyak goreng dan kami tetap berkomunikasi dengan Kementerian Perdagangan menyampaikan kepada produsen untuk (penuhi) pendistribusian minyak di Kabupaten/Kota. Jadi sekali lagi untuk masyarakat beli sesuai kebutuhan,” ujarnya.

Karena itu Hasriani menyarankan agar masyarakat mengurangi konsumsi minyak goreng pada hidangan. Selain menyehatkan, juga merupakan upaya menyiasati penghematan penggunaannya sementara proses pendistribusian yang terus dijalankan oleh pemprov pada ritel lokal maupun modern. Selain itu juga, membeli minyak goreng sesuai kebutuhan keluarga.

“Di toko memang dijatah 1 liter untuk tiap konsumen dan dengan pendistribusian yang ada saya yakin tidak ada kelangkaan. Satu keluarga bisa pakai 1 sampai 2 liter hingga dua minggu lebih. Untuk menjaga kesehatan kita lebih baik konsumsi makanan rebus atau menggunakan margarin/mentega,” ungkap Hasriani.

“Mengubah kebiasaan konsumsi yang cenderung berminyak, kan tidak setiap hari makan gorengan. Ikan bakar dan sayur bening itu lebih enak,” sambung Hasriani.

Sementara untuk UMKM atau pedagang kecil Hasriani mengungkapkan kebutuhan per hari bisa mencapai 5 liter dipastikan aman, sebab, tiap pelaku UMKM telah berlangganan dengan ritel/pengecer jauh sebelum terbatasnya stok minyak goreng dan tidak diperuntukan untuk konsumsi pribadi melainkan untuk menjalankan perekonomian di tingkat masyarakat. (chai/dkisp)